PERBAIKAN AKUSTIK AUDITORIUM PRASETYA MULYA BUSINESS SCHOOL BSD
BACKGROUND
Auditorium merupakan tempat dimana orang melakukan kegiatan mendengar. Tidak peduli seberapa besar, indah, dan begitu nyaman, jika orang didalamnya tidak dapat mendengar dengan baik maka auditorium tersebut dapat dikatakan tidak berfungsi dengan benar.
Arsitek mendesain dengan begitu menarik, nyaman dan semua orang dapat melihat dan merasakan keindahannya. Sound contractor menyiapkan sistem tata suara yang luar biasa sehingga semua orang yang didalamnya dapat mendengar kegiatan yang sedang berlangsung.
Pada faktanya, hampir sebagian besar suara yang kita dengar didalam auditorium merupakan suara pantulan. Setiap telinga manusia hanya mampu menampung sekitar 12cm persegi ( sepanjang saluran telinga sampai ke gendang telinga ) dari suara yang dikeluarkan oleh loudspeaker, itu artinya hanya 0.00017% dari total suara yang dikeluarkan dari pusat cluster loudspeaker.
Suara yang datang langsung menuju telinga pendengar, disebut “direct sound” atau suara langsung, sedangkan suara yang sampai ke telinga pendengar melalui pantulan disebut “indirect sound” atau suara tidak langsung. Apa yang terjadi pada indirect sound, itulah yang menggambarkan keadaan akustik auditorium tersebut. Jika indirect sound diabaikan, maka suara yang terdengar didalam auditorium tentu akan sangat buruk, dan jika ditangani dengan baik, maka suara akan terdengar dengan baik.
Prasetya Mulya Business School BSD Auditorium digunakan pada akhir 2010. Ruangan Auditorium yang dimiliki PMBS berbentuk oval dan memiliki ceiling dome ( kubah ) dan dibentuk oleh material gypsum. Pada dinding Auditorium memiliki bentuk “wave shape” yang juga dibentuk oleh material gypsum. Kondisi akustik pada auditorium tersebut memiliki cacat akustik yaitu sound focusing ( pemusatan suara ) sehingga nilai waktu dengung ( Reverberation time ) pada keseluruhan area menjadi tinggi dan membuat tingkat kejelasan suara didalam ruangan buruk. Karena posisi dome ( kubah ) tersebut berada diatas area penonton, maka ketika penonton berbicara suara asli tersebut diperkuat oleh kubah. Fenomena ini tentu sangat mengganggu performer ketika sedang melakukan kegiatan speech maupun kegiatan lainnya didepan panggung.
Setelah 4 tahun berlalu dari kunjungan yang kami lakukan pada tahun 2014 lalu, kami dipanggil kembali untuk melakukan review dan menjelaskan sekali lagi apa yang terjadi berdasarkan hasil pengukuran dan analisa yang sudah kami lakukan beberapa yang tahun lalu.
THE CHALLENGE
Auditorium Prasetya Mulya BSD merupakan salah satu Auditorium tersulit yang pernah kami kerjakan. Kondisi Auditorium tersebut memiliki bentuk “wave shape” dimana semua dinding tersebut memiliki area cekung dan cembung yang tidak uniform ( sama secara dimensi ). Bentuk tersebut memerlukan waktu yang cukup lama agar dapat dikalkukasi dengan akurat. Selain dari kondisi arsitekturalnya yang menantang, kondisi akustik pada ruang tersebut memiliki nilai waktu dengung yang tinggi yaitu 7 detik. Untuk memastikan kondisi akustik yang sebenarnya, kami melakukan pengukuran dengan metoda ISO 3382 part 1 pada ruang Auditorium Prasetya Mulya.
Pengukuran dilakukan sebanyak 8 titik penerima dan 2 titik sumber bunyi.
berikut adalah hasil pengukuran yang kami lakukan :
Grafik Nilai Waktu Dengung ( Reverberation Time ) Sebelum Dilakukan Perbaikan Akustik
Tabel Nilai Waktu Dengung ( Reverberation Time ) Sebelum Dilakukan Perbaikan Akustik
Tabel Rata-Rata Nilai Waktu Dengung ( Reverberation Time ) Sebelum Dilakukan Perbaikan Akustik
Pengukuran dilakukan pada kondisi AC menyala, tidak ada orang di dalam ruangan, lampu menyala dan kursi terpasang kapasitas penuh sebanyak 520 kursi.
Standar yang digunakan untuk menentukan nilai waktu dengung pada ruang Auditorium tersebut adalah persamaan dan grafik Jonathan Sheaffer :
Grafik Rekomendasi RT60
Tabel Koefisien Fungsi Ruang dan Deviasi
Apabila mengacu pada persamaan dan grafik diatas, maka nilai waktu dengung yang direkomendasikan dengan volume ruangan 6,330m3 dengan fungsi speech untuk Auditorium Prasetya Mulya adalah 1.25 detik dengan nilai toleransi +/- 20% ( berdasarkan standar DIN 18041 ).
Hasil kalkulasi yang kami lakukan diatas menjadi jaminan atau garansi pekerjaan kepada pihak Prasetya Mulya Business School BSD. Jika hasil kalkulasi tersebut tidak tercapai maka hal ini menjadi tanggung jawab pihak Akustika Swara Indonesia untuk mencapai nilai yang seharusnya dan pihak Prasetya Mulya tidak dibebankan biaya apapun.
THE SOLUTION
Perbaikan Akustik dilakukan dengan menggunakan material yang didesain secara spesifik oleh PT. Akustika Swara Indonesia sesuai dengan analisa dan kondisi pada Auditorium Prasetya Mulya. Penentuan jenis material yang digunakan berdasarkan frekuensi yang ditargetkan dan nilai waktu dengung yang akan dicapai, selain itu batasan-batasan seperti material yang rendah perawatan dan tahan lama yang menjadi faktor penentu jenis material yang akan digunakan.
Dari hasil analisa, area ceiling auditorium merupakan titik yang paling bermasalah dan memberikan kontribusi yang cukup tinggi pada nilai waktu dengung ( Reverberation Time ). Secara arsitektural, bentuk panel yang dibuat harus disesuaikan dengan arahan dari Pihak Arsitek sebagai perencana awal ruang auditorium tersebut.
Bentuk panel didesain seperti bentuk potongan pizza yang mengikuti oval dari bentuk ceiling awal. Pengerjaan ini cukup rumit karena memerlukan proses pemotongan dan pemasangan yang presisi agar sesuai dengan bentuk ceiling awalnya. Proses perbaikan memerlukan waktu yang cukup lama, selain rumit juga kondisi ruangan tetap harus digunakan selama perbaikan.
THE RESULTS
Setelah kami selesai melakukan pekerjaan perbaikan akustik pada Auditorium PMBS, kami pun melakukan pengukuran ulang untuk memastikan keberhasilan perbaikan tersebut. Metoda pengukuran yang kami lakukan tetap sama dan titik pengukuran yang dilakukan juga tetap sama seperti sebelum dilakukan perbaikan akustik.
Grafik Nilai Waktu Dengung ( Reverberation Time ) Sebelum Dilakukan Perbaikan Akustik
Tabel Nilai Waktu Dengung ( Reverberation Time ) Setelah Dilakukan Perbaikan Akustik
Tabel Rata-Rata Nilai Waktu Dengung ( Reverberation Time ) Sebelum Dilakukan Perbaikan Akustik
Grafik dan tabel diatas menunjukan perubahan nilai waktu dengung setelah dilakukan perbaikan akustik pada auditorium. Apabila dimasukkan kedalam grafik komparasi, maka hasilnya sebagai berikut :
Grafik Komparasi Nilai Waktu Dengung Sebelum dan Sesudah Perbaikan Akustik
Grafik warna merah menunjukan nilai waktu dengung ( Reverberation Time ) sebelum dilakukan perbaikan akustik. Grafik Warna hitam menunjukan batas toleransi maksimum dan minimum sesuai dengan standar DIN 18041. Pada grafik warna merah, hampir keseluruhan frekuensi berada diluar batas toleransi maksimum. Artinya nilai waktu dengung ( Reverberation Time ) yang terjadi sebelum dilakukan treatment berada diluar ambang batas toleransi maksimum, sehingga secara persepsi subjektif, pendengar tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan oleh performer. Nilai waktu dengung setelah dilakukan perbaikan akustik ditunjukan pada grafik berwarna biru. Secara keseluruhan pada grafik berwarna biru, nilai waktu dengung berada didalam batas toleransi dan tidak ada yang melebihi ambang batas maksimum maupun minimum. Nilai waktu dengung pada auditorium Prasetya Mulya telah memenuhi standar DIN 18041.
Dari penilaian subjektif pengguna ruangan baik building management, sound engineer dan mahasiswa yang menggunakan Auditorium, mereka merasakan perbedaan yang significant dimana suara yang mereka dengar jauh lebih jelas daripada sebelum dilakukan perbaikan.
Hasil akhir pengukuran dan penilaian subjektif pengguna merupakan tolak ukur keberhasilan perbaikan akustik yang sudah dilakukan PT. Akustika Swara Indonesia. Dengan kata lain, perbaikan yang sudah dilakukan oleh PT. Akustika Swara Indonesia telah dan dinyatakan berhasil.
BEFORE AND AFTER IMAGE
Author : Vicky Halim M.